9.24.2012

Taman Impian

Beberapa jam berkualitas bersama sahabat terasa sangat manis seperti permen susu yang ia berikan saat kita menginjakkan kaki di jembatan panjang di atas permukaan laut yang kita sama-sama tahu tidak dalam dan tidak biru. Aroma garam air laut menyerbak sejak kami membuka jendela kendaraan untuk membayar iuran masuk tempat di ujung Jakarta bernama Taman Impian. Hidung kami mengernyit bersamaan lalu saling menatap dan tertawa akan kerandoman ini.
Ya, di Taman Impian. Impian, terbahas sedikit diantara topik besar yang kami bicarakan hari itu. Impian akan hidup. Ekspektasi kita di usia menginjak awal kepala dua. Mungkin memang pandangan hidup kami yang cenderung mirip, namun kami tahu cara kami menghadapinya berbeda.
Pembicaraan kami boleh dibilang berat, penuh harapan. Waktu hampir kami habiskan dengan memandang bentangan air laut, orang lalu lalang, dan menyelesaikan banyak cerita dengan tersenyum. Memandang lautan diselipi rasa harap untuk melihat garisan warna jingga sang matahari mewarnai langit. Kami mendengarkan.
Semua ini nyata. Pembicaraan ini nyata. Atau setidaknya akan nyata, nanti, dan hanya waktu yang akan memperlihatkannya. Mungkin tidak menjawab, karena kami tau semua jawaban itu akan ada di hati kami, tentunya dengan kehendak Yang Maha Kuasa.

No comments:

Post a Comment