9.12.2012

Favorit.


Liburan gue secara resmi ditutup setelah sempat ada perpanjangan waktu. Sebuah liburan spontan yang direncanakan Mama ke Bali, dan juga segala kerandoman setelahnya. Banyak hal di dunia ini yang indah apabila terjadi dalam sebuah momentum yang dinantikan, namun beberapa lebih indah terjadi langsung, tanpa basa-basi, meruak dari segala kenormalan yang telah ada. Inilah sebuah produk konspirasi semesta terhadap hidup manusia yang menjalaninya. Terlalu banyak tempat indah di Indonesia yang menurut gue sungguh sayang apabila dilewatkan. Lo bisa aja sudah keliling Asia, Amerika, atau seluruh penjuru Eropa, misalnya. Namun apalah yang membuat kita bangga ketika kita membicarakannya dengan orang lain atas sesuatu yang tidak kita miliki? Kenapa gak membicarakan apa yang lo punya, apa yang Indonesia punya, sesuatu keindahan tak terbatas dan tak ternilai harganya. Dalam liburan kali ini gue melihat banyak bukti Tuhan itu sayang sama manusia. Di kasih mata, di kasih hati, di kasih pikiran. Mata untuk melihat keindahan yang Ia sengaja ciptakan untuk manusia; Hati untuk berucap syukur atas nikmat dengan tanpa bersuara namun ia berbisik perlahan memenuhi seluruh ruang bahwa ini luar biasa; dan Pikiran untuk berpikir garis merah penghubung diantara ketiga hal ini dan apa yang kita hendaknya lakukan untuk bersyukur.
Keindahan berbeda yang ditawarkan Kuta, Legian, Denpasar, Jimbaran, Ayung River, Tanjung Benoa, dan Uluwatu. Gue pengen banget menghabiskan waktu lebih banyak bereksplorasi disana. Namun gue tau, gue berpacu dengan waktu. Gue tau nantinya gue harus kembali pada pemandangan gedung mewah tinggi nan megah di Sudirman atau pemandangan bis kuning yang melintas setiap sepuluh menit sekali di Kampus gue. Keterbatasan ruang gerak gue untuk random dan ngasal karena gue memang kesana bersama keluarga. Keindahan ini lah yang gue ingin gambarkan ke kalian. (Pun, kalo masih ada yang baca blog gue… Hehe)
Perjalanan darat, sungai, kebun, gunung, dan angin berhawa dingin memberikan jawaban atas keingintahuan dalam diri gue yang berlebihan, rasa penasaran gue atas banyak hal dalam hidup. Keinginan untuk saling berbagi cerita, berbagi ilmu. Ilmu yang nggak pernah gue dapatkan di dunia pendidikan formal. Berbagi cerita yang selalu gue ingin mereka dengarkan, namun tak mudah.
Ya, mata gue pernah melihat salah satunya. Terekam jelas di memori gue saking terpesonanya. Suatu Maha Karya Sang Pencipta yang daripadanya hal yang bisa kita lakukan hanya bisa memuji-Nya. Sujud menyembah-Nya atas bukti kebesaran-Nya atas langit dan bumi. Diperlukan tuntunan menuju tempat dimana keindahan itu berada, tanpanya, akan sulit. Terletak di suatu daerah jauh yang belum pernah gue jamah, belum pernah gue perhatikan keberadaannya di peta. Bagai sebuah warna baru dalam sebuah palet cat lukisan yang biasa gue gunakan. Uluwatu namanya. Mungkin kalau Uluwatu adalah manusia, dia bisa jadi Primadona. Terima kasih, Uluwatu. Terima kasih untuk mengingatkan gue, membuka mata gue, atas pentingnya bersyukur.

No comments:

Post a Comment